Type something and hit enter

Posted by On
Artikel ini terbit karena ada pertanyaan mengenai pengertian puisi baru, ciri-cirinya, jenis-jenis beserta contohnya.

Sejarah sastra lahirnya puisi baru (modern) merupakan respons terhadap puisi lama. Periode waktu puisi Indonesia modern dibagi menjadi 5 (lima) periode yaitu:

  • Periode Pujangga Baru (1920 - 1942)
  • Periode Angkatan 45 (1942 - 1955)
  • Periode 50-60 an (1955 - 1970)
  • Peride 70-80 an (1970 - 1990)

Pada periode pujangga baru bermunculan beberapa penyair Indonesia diantaranya: Amir Hamzah, Sanusi Pane, M. Yamin, dan sebagainya.

Pada periode angkatan 45 dipelopori oleh Chairil Anwar.

Pada periode 50-60 an berkembang puisi epik yang terkenal adalah balada. Penggeraknya adalah WS Rendra, Ajib Rosidi, Subagio Sastrowardjojo, dan sebagainya.

Pada periode 70-80 an muncul para penyair baru yaitu: Sutardji Calzoum Bachri, Ibrahim Satah, Emha Ainun Nadjib, dan sebagainya.

Itulah sejarah ringkas mengenai perkembangan puisi baru di Indonesia. Selanjutnya kita masuk ke pembahasan utama yaitu pengertian puisi baru.

Pengertian Puisi Baru

pengertian puisi baru


Apa yang dimaksud dengan puisi baru?

Puisi baru adalah puisi yang tidak terikat lagi oleh aturan yang mana bentuknya lebih bebas daripada puisi lama dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.

Pengertian Puisi Baru Menurut Para Ahli


E. Kusnadi


Menurut E. Kusnadi (2009:102), "Karya sastra puisi berbeda dengan karya sastra prosa yang bersifat pemusatan atau konsentrif dan pemadatan atau intensif".

Rizal


Menurut Rizal (2010:75), "Puisi baru adalah pembaharuan dari puisi lama. Dalam penyusunan puisi baru mengenai rima dan jumlah baris setiap bait tidak terlalu dipentingkan. Namun, bentuk puisi lama tetap mempengaruhi penulisan puisi baru adalah bentuk puisi bebas yang tidak terikat seperti puisi lama".

Damayanti


Menurut Damayanti (2013:78), "Puisi baru adalah puisi yang tidak terikat seperti puisi lama. Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima".

Jadi bisa disimpulkan:

Puisi baru adalah suatu jenis puisi modern yang sudah tidak terikat lagi oleh aturan-aturan atau dibuat secara bebas oleh sang pengarang, dan puisi ini ada atau lahir setelah puisi lama, artinya puisi yang bebas baik dari segi suku kata, baris atau rimanya.


Ciri-Ciri Puisi Baru


Puisi baru dirangkum dari berbagai sumber memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Bentuknya bebas, baik dalam hal jumlah baris maupun pola rimanya.
  2. Tersebar secara tertulis.
  3. Mempunyai persajakan akhir (teratur).
  4. Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola lainnya.
  5. Sebagian besar puisi empat seuntai.
  6. Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis).
  7. Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) 4-5 suku kata.
  8. Dan diketahui nama pengarangnya.

Menurut Rizal (2010:75) beberapa ciri-ciri puisi baru sebagai berikut:
  1. Berbentuk rapi dan simetris.
  2. Persajakan akhirnya teratur dan rapi.
  3. Banyak menggunakan sajak pantun dan syair meskipun pola yang lain.
  4. Kebanyakan puisinya berisi empat seuntai.
  5. Baris atasnya terdiri atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis).
  6. Setiap gatranya terdiri dari dua kata (sebagian besar empat sampai lima suku kata).

Jenis-Jenis Puisi Baru Menurut Bentuknya


Jenis Puisi berdasarkan jumlah baris per baitnya dapat dibedakan menjadi:

1. Distikon (dua baris per bait)


Menurut Damayanti (2013:85), "Distikon merupakan puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris atau disebut juga puisi dua seuntai".

Contoh Distikon:


Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh

(Or. Mandank)

2. Terzina (tiga baris per bait)


Menurut Damayanti (2013:85), "Terzina merupakan puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris atua disebut puisi tiga seuntai".

Contoh Terzina:


Dalam ribaan bahagia dating
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cinta tiba
Melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarnai bagaikan sari

Dari: Madah Kelana
Karya: Sanusi Pane

3. Kuatrain (empat baris per bait)


Menurut Damayanti (2013:85), "Quatrain merupakan puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris atau disebut puisi empat seuntai".

Contoh Kuatrain:


Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu

(A.M. Daeng Myala)

4. Quint (lima baris per bait)


Menurut Damayanti (2013:85), "Kuint merupakan puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris atau disebut puisi lima seuntai".

Contoh Quint:


Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bias dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima
Kenyataan

(Or. Mandank)

5. Sextet (enam baris perbait)


Menurut Damayanti (2013:85), "Sektet merupakan puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris atau disebut puisi enam seuintai".

Contoh Sektet:


Merindu Bagia
Jika hari'lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih 

(Ipih)

6. Septima (tujuh baris per bait)


Menurut Damayanti (2013:85), "Septime merupakan puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris atau disebut puisi tujuh seuntai".

Contoh Septime:


Indonesia Tumpah Daraku

Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasar terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
tumpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya

(Muhammad Yamin)

7. Oktaf atau Stanza


Menurut Damayanti (2013:85), "Oktaf atau stanza merupakan puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris atau disebut delapan tiga seuntai".

Contoh Oktaf/Stanza:


Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang

(Sanusi Pane)

8. Soneta (empat belas baris)


Menurut Rizal (2010:84), "Puisi soneta merupakan alat untuk menyatkaan curahan hati. Namun, kini tidak terbatas pada curahan hati semata-mata, melainkan perasaan-perasaan yang lebih luas seperti pernyataan rindu pada tanah air, pergerakan kemajuan kebudayaan, ihlam sukma dan perasaan keagamaan".

Soneta merupakan puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris.

Jenis Puisi Baru berdasarkan Waktu Pembuatannya


Ditilik dari waktu pembuatannya, puisi baru Indonesia meliputi puisi-puisi yang dibuat sejak berakhirnya masa kesusatraan lama (tahun 1920-an) hingga sekarang. Oleh karena itu, perkembangan puisi baru dapat didasarkan pada pembabakan angkatan pada kesusatraan Indonesia.

Jenis-Jenis Puisi Baru Menurut Isinya


Berdasarkan isinya, terdapat 7 (tujuh) jenis puisi baru yang akan kami rangkum beserta contohnya.

1. Balada


Menurut Kosasih E (2003:242), "Puisi balada merupakan bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya akan makna. Keindahan yang ada dalam puisi ini disebabkan oleh diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra".

Balada adalah puisi berisi kisah atau cerita. Terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing 8 (delapan) larik dengan skema irama a-b-a-b-b-c-c. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. 

Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.

Contoh Balada:


Balada Matinya Seorang Pemberontak

Karya Sapardi Djoko Damono

2. Himne


Menurut Damayanti (2013:78), "Puisi merupakan pujian untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahwalan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra)".

Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan keTuhanan.

Contoh Himne:


Doa

kepada pemeluk teguh 

Tuhanku 
Dalam termangu

Aku masih menyebut nama-Mu 

Biar susah sungguh 
mengingat Kau penuh seluruh 

caya-Mu panas suci 
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi 

Tuhanku 

aku hilang bentuk 
remuk 

Tuhanku 

aku mengembara di negeri asing 

Tuhanku 
di pintu-Mu aku mengetuk 
aku tidak bisa berpaling

(Chairil Anwar)

3. Ode


Menurut Hoetomo (2005:45), "Puisi sanjungan untuk orang yang berjasa (pahlawan). Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum".

Contoh Ode:


Generasi Sekarang

Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia 

(Asmara Hadi)

4. Epigram


Menurut Damayanti (2013:78), "Puisi yang berisi tuntunan atau ajaran hidup berarti unsur pengajaran, didaktik, nasihat membawa kearah kebenaran untuk dijadikan pedoman, iktibar dan teladan".

Contoh Epigram:


Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.

5. Romansa


Menurtu Damayanti (2013:78), "Puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Romansa berarti keindahan perasaan, persoalan kasih sayang, rindu dendam, dan kasih mesra".

Contoh Romansa:


Puisi ini Membunuhku

Puisi ini menyakitkan
Perasaan ini membunuhku
Aku yang tanpa cinta melekat pada hati yang rapuh
Sempurna didalam bentuk, namun ia hanyalah karang yang tak terawat

Dimana lagi akan kutagih cinta yang indah ?
Sedangkan kakiku berlutut pada sunyinya kepedihan
Kilauan warna kesetiaan, hanyalah teater mimpi yang terlupakan

Aku tak mampu lagi untuk berbisik
Semua kata terlupa dengan mudahnya
Ketika senja membuatku lupa akan keindahan
Kulepas genggamku dan bertaburan

6. Elegi


Menurut Damayanti (2013:78), "Puisi yang berisi ratap tangis atau kesidahan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian atau kepergian seseorang".

Contoh Elegi:


Senja di Pelabuhan Kecil

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenan
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

(Chairil Anwar)

7. Satire


Menurut Damayanti (2013:78), "Puisi yang berisi sindiran atau kritik. Berasal dari bahasa Latin Santura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah dan zalim)".

Contoh Satire:


Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan

sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan, 
termangu-mangu di kaki dewi kesenian.

(WS Rendra)

Baca juga contoh lainnya: Contoh Puisi Baru

Demikianlah pemaparan lengkap seputar puisi baru, mulai dari pengertian puisi baru, ciri-ciri, jenis-jenis beserta contoh-contohnya. Materi di atas dirangkum berdasarkan sumber-sumber terpercaya. Semoga bermanfaat bagi Anda. Sekian dan terima kasih.

0 comments