Type something and hit enter

Posted by On

Apakah Anda sedang mencari contoh majas personifikasi dan artinya? Jika iya silahkan teruskan baca artikel ini. Kami akan menjelaskan dengan lengkap yang didapat dari berbagai sumber yang ada.


Majas personifikasi adalah salah satu bentuk majas yang sering kita temui dalam materi bahasa Indonesia. 


Dalam majas ini, benda mati, tanaman, binatang, atau makhluk lainnya digambarkan seolah-olah memiliki sifat dan perilaku manusia. Majas ini menambahkan unsur imajinatif dan keindahan pada bahasa kita.


Majas personifikasi ini sering digunakan dalam karya sastra, baik dalam buku fiksi maupun non-fiksi. Jadi, jika Anda ingin menciptakan kalimat dengan majas personifikasi, bermainlah dengan imajinasi Anda sendiri! 


Sebelum mengetahui contoh majas personifikasi dalam kehidupan sehari-hari, ketahui terlebih dahulu definisinya.


Pengertian Majas Personifikasi

contoh majas personifikasi


Majas personifikasi adalah jenis majas yang memanusiakan atau memberikan sifat manusia terhadap sesuatu yang bukan manusia, seperti benda mati atau barang tak bernyawa, hingga makhluk dan benda alam lain pada umumnya. Dalam pelajaran bahasa Indonesia, kita sering menemui istilah majas personifikasi yang penggunaannya cukup umum dalam kehidupan sehari-hari.


Pengertian Majas Personifikasi: Menurut Dale & Warriner (dalam Pradopo, 1985: 104), majas adalah penggunaan bahasa yang berupa imajinatif, secara alamiah bukan dalam pengertian yang sebenar-benarnya. Oleh karena itu, majas digunakan untuk meningkatkan efek yang lebih indah serta menimbulkan nilai imajinatif dan rasa yang berbeda. Majas personifikasi khususnya menggambarkan objek atau makhluk non-manusia dengan sifat yang menyerupai manusia.


Contoh Majas Personifikasi


Contoh-contoh majas personifikasi yang sering kita jumpai antara lain:

  1. Rumput yang bergoyang: Rumput seolah-olah menari seperti manusia.
  2. Angin yang bersiul: Angin digambarkan seolah-olah sedang bersiul layaknya manusia.
  3. Panas matahari yang menggigit: Matahari diperlakukan seolah-olah memiliki sifat menggigit seperti manusia.
  4. Aroma makanan yang memanggil: Aroma makanan seolah-olah memanggil kita untuk mencicipinya.
  5. Badai yang mengamuk: Badai digambarkan marah dan berperilaku layaknya manusia.
  6. Ombak yang menari: Ombak seolah-olah menari dengan riangnya.
  7. Mobil yang terbatuk: Mobil diperlakukan seolah-olah sedang batuk.
  8. Angin membelai wajah Rani yang sedang tertidur pulas di bale-bale.
  9. Matahari sedang cemberut, karena itu langit mendung tidak ceria.
  10. Hujan memeluk mereka yang sedang bersedih dan menyembunyikan air mata di pipi mereka melalui tetesnya yang syahdu.
  11. Jalanan menggila dan menyodorkan mereka penat, terutama di jam-jam macet yang menggila.
  12. Bulan menjanjikan keteduhan hati bagi mereka yang sedang mencinta.
  13. Mobil begitu ribut dan berebut jalan terutama di jam pulang kantor.
  14. Televisi menyajikan sarapan berita setiap harinya, baik itu berita buruk maupun baik.
  15. Bunga sakura menggelitik mataku dengan warna mereka yang cerah dan hangat.
  16. Tanah merindukan setiap manusia, saat kita hidup kita menginjakknya, tetapi kelak kita akan lebur di dalamnya.
  17. Ada banyak puisi yang memeluk mereka yang sedang patah hati.
  18. Lirik lagu itu menembak ulu hatiku.
  19. Badai berjalan-jalan di tanah yang datar dan membuat semuanya berantakan, porak-poranda!
  20. Daun-daun yang berguguran bak merenang-renang di atas air: dedaunan yang jatuh di atas permukaan air yang terbawa angin seperti berenang layaknya manusia
  21. Di tanganku, pena hitam ini menari-nari di atas kertas membentuk seuntai kalimat tak bermakna: pena hitam yang ada di tangannya digunakan untuk menulis beberapa kalimat tak bermakna di atas kertas
  22. Ombak laut berloncatan menggapai langit biru.
  23. Siang ini awan menangis.
  24. Ketika malam datang, matahari pun mulai tidur untuk istirahat.
  25. Kabut tebal menyelimuti para pendaki gunung.
  26. Matahari sedang cemberut.
  27. Burung Bernyanyi di pagi hari.
  28. Meja itu berjalan menuju ke kantin sekolah.
  29. Angin berbisik menyampaikan pesan.
  30. Ceramah Pak Ustad membangun menara keimanan.
  31. Hujan pun memeluk mereka yang sedang bersedih.
  32. Banjir di Jakarta menelan korban jiwa.
  33. Angin melambai­lambai menyampaikan pesan pangeran.
  34. Pohon itu menangis, karena ia tau besok mau ditebang.
  35. Pagi ini langit mendung tidak ceria seperti pagi kemaren.
  36. Ombak saling kejar­kejaran menghampiri tepi laut.
  37. Daun pohon kelapa di pantai itu melambai­lambai memanggilku.
  38. Baru sekian meter, motor nya sudah batuk-­batuk.
  39. Hatinya berkata tentang perasaan.
  40. Sepatu ini mulai menangis karana sudah mulai robek.
  41. Piano tua ini sudah berjalan melintasi beberapa kota.
  42. Langit pun ikut menagis ketika aku mendengar berita duka itu.
  43. Batu itu menangis ketika ada otang yang melemparkannya.
  44. Uang di saku celanaku berbisik menggodaku untuk membeli sesuatu.
  45. Surat cinta darimu menghiburku dan membuat hatiku berbunga bunga.
  46. Matahari pagi membangunkan ku dari tidur yang nyenyak.
  47.  Matahari tertidur saat senja mulai datang.
  48. Bulan tersenyum ketika kau menyapaku.
  49. Mobil tua ini sudah batuk batuk padahal baru saja di perbaiki.
  50.  Aku di peluk oleh hujan saat pulang kerumah.
  51. Pasir-pasir mulai berbisik kepadaku.
  52. Angin berbisik menyampaikan rinduku kepadamu.
  53. Buarkan pena ini yang mengerjakan tugas sekolahku.
  54. Awan mulau murung saat senja tiba.
  55. Ketika itu awan menangis membahasi seluruh kota.
  56. Ombak dipantai berlomba lomba saling mendahului.
  57. Kabut tebal dan dingin menyelimuti desa ketika pagi datang.
  58. Nyanyian hatimu sungguh membuat hatiku kerasa tenang dan damai.
  59. Angin menghantam tembok yang rapuh itu.
  60. Rintik hujan menari-nari di atas genting.
  61. Malam dingin serasa mencekik tenggorokanku.
  62. Tas punggungku memikul beban yang berat
  63. Bunga itu melambai lambai
  64. Roda itu sedang berguling guling
  65. Pohon-pohon bambu itu bernyanyi dengan merdu
  66. Teko itu berteriak saat airnya panas
  67. Angin lembut terasa mengelus kulit
  68. Ombak yang tenang di pantai ini membuat rasa tenteram semakin lengkap.
  69. Rumput bergoyang seakan menari karena hembusan angin
  70. Ombak mengamuk meluluhlantahkan perumahan penduduk
  71. Angin menggerayangi rambutnya yang terurai indah
  72. Awan memberikan isyarat seakan dia akan menangis
  73. Pohon kelapa yang melambai-lambai bersama angin
  74. Senja di pagi hari yang tersenyum kepadaku
  75. Bulan malam ini tersenyum gembira melihat kita
  76. Hari sudah siang ternyata matahari sudah melompat dari timur
  77. Tanah telah melahirkan tanaman untuk manusia
  78. Hari sangat cerah sehingga awan hanya bisa menari-nari bersama langit
  79. Dia berada di kamar bersama tembok yang terdiam
  80. Angin membisikan pesan cinta kita
  81. Bunga-bunga ikut berpuisi karena kita berdua
  82. Sudah jam tuju matahari membangunkan aku dengan sinarnya
  83. Api itu memakan rumah penduduk dengan ganas
  84. Bumi memeluk jasadnya
  85. Bintang-bintang malam ini mengerlingkan matanya kepadaku
  86. Mata hari dan bulan menjadi saksi cinta kita
  87. Merapi batuk lagi hari ini
  88. Setelah gempa bumi, tanah-tanah menganga memperlihatkan mulutnya yang lebar
  89. Bunga-bunga bermekaran yang memamerkan keindahannya
  90. Hutan memberikan kita nafas setiap pagi
  91. Asap rokok itu berjalan memenuhi ruangan
  92. Gerhana menelan matahari siang itu
  93. Lahar panas turun menjilati rumah penduduk
  94. Bola yang ditendangnya merobek jala lawan
  95. Foto anaknyalah yang selalu menghiburnya
  96. Oli ABC membantu Anda merawat mesin dengan daya maksimal: oli ABC punya kualitas terbaik untuk merawat kendaraan kamu
  97. Nikmati kesegaran baru dari Close Up: Close Up sebagai pasta gigi disebut memberi efek ‘kesegaran’, sama seperti manusia yang bisa menghasilkan efek tertentu pada orang lain.
  98. Malam ini bulan menatapku dengan penuh kehangatan.
  99. Angin membelai rambutku begitu lembut.
  100. Matahari mulai membakar kulitku.
  101. Tanaman itu seakan melahap habis pagar yang berada di dekatnya.
  102. Pohon itu seakan saling berbisik satu sama lain saat angin kencang menghampirinya.
  103. Dinding kamarku mendengar dan melihat apapun yang aku lakukan saat berada di sana.
  104. Pagar tembok itu menghalangiku saat mengejar pencuri yang hendak kabur.
  105. Boneka itu begitu setia menemaniku sepanjang jalan menuju Yogyakarta.
  106. Daun itu terbang bebas tertiup angin.
  107. Itu itu menemaniku setiap aku bermain basket.
  108. Hanya rumah ini yang bisa melindungiku dari serangan panas dan hujan.
  109. Lampu-lampu jalan seakan mengawasi langkah kakiku ke manapun aku beranjak pergi.
  110. Ombak itu menggulung para peselancar saat acara peringatan kemerdekaan RI.
  111. Sirine ambulan meraung-raung di tengah malam dan membuatku terbangun seketika.
  112. Handphone itu kadang diam saja kadang bernyanyi tiba-tiba.
  113. Boneka harimau itu menatapku seakan-akan hendak memangsaku.
  114. Senja kali ini membawaku ke dalam lamunan masa lalu.
  115. Layangan itu terbang bebas di langit biru.
  116. Gedung tinggi itu seakan menantang langit luas.
  117. Daun-daun itu memanggilku dan memintaku untuk segera berteduh saat hujan turun dengan lebatnya.
  118. Mentari pagi kala itu membangunkanku dari tidur nyenyak.
  119. Rembulan itu tersenyum padaku kala aku sedih di kamar sendirian.
  120. Langit pun menangis mendengar berita kematian artis terkenal itu.
  121. Mobil tua it uterus saja batuk-batuk meskipun sudah diperbaiki berulang kali.
  122. Ombak itu berlomba-lomba untuk sampai di pantai terlebih dahulu.
  123. Saat awan menangis, semua sibuk mencari payung.
  124. Ketika musim hujan, hanya awan hitam yang menyelimuti seluruh desa ini.
  125. Pena itu menari-nari di atas kertas putih itu.
  126. Biarkan hanya pena yang membantuku mengerjakan tugas Bahasa Indonesia itu.
  127. Saat bulan bangun, matahari mulai tertidur kala senja.
  128. Awan itu terlihat murung saat berita duka itu mulai tersebar.
  129. Angin bisikkan rindukan pada dia yang jauh di sana.
  130. Batu itu hanya bisa menangis saat banyak orang yang melemparinya dengan batu.
  131. Surat cinta itu membuatku begitu bahagia dan menghiburku saat aku sendirian.
  132. Sandal ini mulai menjerit kesakitan saat salah satu talinya putus.
  133. Uang itu bisa membuatku tertawa sepanjang malam.
  134. Radio itu mulai marah dan hanya diam saja.
  135. Sepasang sepatu itu sudah melintasi berbagai kota di Indonesia.
  136. Langit menangis meneteskan air ke bumi.
  137. Rembulan tersenyum padaku dan dia juga mengucapkan selamat tidur padaku.
  138. Tanaman alang-alang bergoyang dan menari-nari menemani perjalananku.
  139. Hari ini matahari sedang tidur, langit pun gelap meski hari sudah siang.
  140. Sawah yang kering kerontang itu kehausan dan butuh minum.
  141. Piring-piring itu berteriak kepada tuannya agar mereka segera dicuci.
  142. Motor itu berlari dengan lincah dan gesit.
  143. Palu memukul paku dan paku hanya bisa pasrah.
  144. Lantai itu marah padaku dan sengaja membuatku jatuh.
  145. Bukannya menolong, tiang listrik itu cuma bisa berdiri dan diam saja.
  146. Kursi, meja, papan tulis keheranan kenapa aku berangkat di hari libur.
  147. Celanaku sengaja mempermalukanku di depan umum.
  148. Angin yang berhembus membisikkan sesuatu padaku.
  149. Alarm pun teriak-teriak membangunkanku untuk sahur.
  150. Pasukan air hujan mengeroyokku dan saya menahan mereka dengan payungku.
  151. Tempe pun tidak suka jika dirinya disepelekan.
  152. Ponselku sudah tewas dan tidak bisa hidup lagi.
  153. Bunga mawa yang merah merekah itu mengancamku dengan durinya.
  154. Jangan dekat-dekat dengan gunung yang sedang mengamuk!
  155. Pohon tumbang menghadangku di tengah jalan.
  156. Garam di laut dan asam di gunung, mereka bertemu di dapur.
  157. Masa depan menunggu dan masa lalu meninggalkan siapa saja.
  158. Pluto sudah keluar dari anggota tata surya.
  159. Batu itu bernafas terangah-engah.
  160. Bolpenku, di manakah kau bersembunyi? Aku sudah lelah mencarimu.
  161. Air dan minyak saling bermusuhan dan enggan menyatu.
  162. Pusaran air itu menghipnotisku dan membuatku merasa ousing tujuh keliling.
  163. Buku itu berduaan dengan dia dari pagi sampai sore.
  164. Komputernya sedang sakit terkena virus dan sekarang dia sedang dibedah di tempat servis.
  165. Dompetnya kekenyangan makan berbagai jenis kartu.
  166. Sebatang lidi yang lemah menjadi kuat ketika bersatu dengan batang lidi lainnya.
  167. Kulit pisang itu mencelakaiku hingga aku terjatuh.
  168. Sepiring nasi tersenyum ramah padaku.
  169. Radionya batuk-batuk suaranya pun serak-serak basah.
  170. Anak panah itu mencoba menyerangku.
  171. Tong sampah itu menasehatiku agar aku tidak membuang sampah sembarangan.
  172. Walaupun tutur katanya halus, namun apa yang dia ucapkan telah menampar harga diriku
  173. Angin laut yang sepoi - sepoi sore ini membelai rambut panjang gadis manis yang duduk di bawah pohon kelapa itu
  174. Bola itu berlari kencang menuju gawang lawan
  175. Debu tidak pernah paham bahwa berkat dia jejak sang dewi pun bisa terlihat
  176. Di tangan seorang pujangga, pena pun bisa menari dengan indahnya menciptakan rangkaian kalimat peneduh jiwa
  177. Ujung pohon pun terlihat meliuk menari tiada henti terkena tiupan angin kencang
  178. Ombak di pantai selatan saling berkejaran ingin segera sampai di bibir pantai
  179. Bermain dengan hati seorang perempuan akan menuai karma dikemudian hari
  180. Baru karang itu tetap berdiri dengan kokohnya di tengah lautan
  181. Rumput hias itu telah berbaris dengan rapi mengisi sela - sela tanah yang kosong di halam depan rumah
  182. Surat cintai yang kuterima membawa kabar baik tentang si jantung hati yang nun jauh disana
  183. Nyiur melambai memanggil ombak yang berlari meninggalkan pantai.
  184. Asap gunung Agung mencakar langit biru.
  185. Sombong melangkah istana yang megah seakan meludah di atas tubuh yang resah.
  186. Api menjalar mencabik-cabik tubuh kapal di tengah laut lepas.
  187. Rudal itu memaksa karang menceburkan diri ke laut.
  188. Sepatu tua itu selalu mengangkat tuannya kemana dia pergi.
  189. Asap tebal berlarian memenuhi panggilan pijar api raksasa.
  190. Puing berserak meratapi amis darah serdadu boneka yang malang.
  191. Layang-layang itu berkejar-kejaran, bercanda ria di lamgit yang biru.
  192. Patung Jenderal Sudirman terdiam seribu kata.
  193. Belum sempat bertanya pada rumput yang bergoyang, gunung Merapi melepaskan wedus gembel piaraannya.
  194. Ku kejar gunung yang berlari, dia terus menghindar ketika ku kejar.
  195. Api terus berkobar menghirup habis BBM di SPBU itu.
  196. Ombak raksasa datang tak diundang mnginjak-injak tanpa pilih kasih.
  197. Rintik hujan mewarnai angkasa, menyirami sanubari.
  198. Bulan purnama tertawa terbahak-bahak tahu si Cebol merindukannya.
  199. Sang saka merah putih mengembangkan sayapnya di tengah-tengah khikmatnya upacara.
  200. Tujuh patung jendral itu mengabarkan dan mengingatkan sejarah bangsa.
  201. Lukisan langit itu membelah cakrawala.
  202. Matahari bersembunyi dibalik awan hitam.
  203. Detik demi detik pisau cukur itu menghabisi rambut pak tua.
  204. Karang terjal itu menghadang pada setiap mereka yang datang.
  205. Banjir panca windu membentuk pesona sungai yang baru.
  206. Pena tua itu menari-nari di atas kanvas melompat-lompat ikuti kata.
  207. Rumah tua ini telah ikut membesarkan mu nak!


Baca juga: Contoh Majas Metafora dan Artinya



Demikianlah artikel kali ini tentang contoh majas personifikasi dan artinya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga bermanfaat bagi Anda. Sekian dan terima kasih.

0 comments