Type something and hit enter

Posted by On
Pengertian Sajak Adalah: Jenis-Jenisnya, Ciri & Contoh Sajak

Materi Bindo tentang sajak mempelajari tentang pengertian sajak, sejarahnya, ciri-ciri, sifat-sifat, bentuk-bentuk, jenis-jenis dan contohnya.

Perlu kalian ingat bahwa sering kali seseorang keliru dalam menggunakan istilah sajak dan puisi. Apa bedanya? Puisi adalah salah satu genre sastra yang definisinya bisa kalian lihat di bawah ini. Sedangkan sajak adalah karyanya.

Baca juga: Pengertian Puisi

Dengan demikian, para sastrawan tak menggunakan istilah kumpulan puisi untuk buku karyanya, alih-alih mereka menggunakan istilah kumpulan sajak.

Perlu kamu ketahui lebih jauh bahwa dalam bahasa Inggris, puisi adalah poetry, sedangkan sajak adalah poem. Jadi, sampai disini sudah jelas bahwa puisi dan sajak adalah dua pengertian yang berbeda.

Pengertian Sajak


Apa yang dimaksud dengan sajak?

Sajak adalah jenis puisi baru yang terbebas dari peraturan-peraturan yang mengatur pada pembentukan rangkap, baris, kata-kata serta irama.

Sejarah Sajak


Sastra di Indonesia telah ada sejak tahun 1920 dan terus mengalami perkembangan hingga saat ini baik dalam bentuk ragam prosa maupun puisi.

Sajak Indonesia modern pertama kali ditulis oleh Muhammad Yamin atau M. Jamin yang berjudul "Tanah Air".

Namun sebelumnya sudah dikenal sastra Melayu lama yang berupa pantun dan syair. Kedua sastra melayu tersebut tergolong dalam sastra tradisional atau konvensional.

Muhammad Yamin dan beberapa teman angkatannya memasuki sajak-sajak tradisional dalam karya-karyanya dan membentuk era pujangga baru.

Perkembangan pujangga baru mulai dari tahun 1920-1942.

Pada periode tersebut terdapat 134 penyair yang berkontribusi memberikan karya-karya terbaiknya.

Beberapa karya terkenal pada periode ini yaitu sajak:
  • "Nyanyi Sunyi" dan "Buah Rindu" karangan Amir Hamzah
  • "Mudah Kelana" dan "Puspa Mega" karangan Sanusi Pane
  • "Gamelan Jiwa" karya Armijn Pane.

Periode selanjutnya adalah angkatan 45.

Periode ini berlangsung mulai dari tahun 1942-1955. Periode ini memiliki ciri-ciri aliran realisme atau sangat tergambar kehidupan sehari-hari.

Sajak pada periode ini merupakan sajak bebas yang tidak terikat pada aturan jumlah baris, persajakan, dan periodisitas.

Hal ini karena karya angkatan 45 merupakan respon dari angkatan pujangga baru.

Pelopor angkatan 45 yang terkenal adalah Chairil Anwar dengan puisinya dalam "Deru Campur Debu" dan "Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus".

Memasuki tahun 1950-an munculah puisi epic terkenal yaitu "Balada".

Masa ini berlangsung mulai dari 1950-an - 1960. Balada menjadi terkenal setelah dipelopori oleh W.S Rendra.

Pada awal 1970-1990 mulai ditemukan banyaknya penyair berbakat  dengna timbulnya periode sastra terkhusus puisi yang memiliki corak dan ciri tersendiri.

Perkembangan puisi era ini sangat banyak daripada sebelum-sebelumnya. Penyair yang terkenal pada masa ini yaitu Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi Wm, Ibrahim Sattah, dll.

Di Indonesia (Melayu) sebelum mengenal istilah di antara puisi dan sajak, hanya mengenal satu istilah saja yaitu sajak.

Sajak ini sudah menggambarkan poezie (puisi) dan gedicht (sajak). Oleh karena itu sajak dan puisi tidak dikacaukan.

Contohnya, antologi puisi dari puisi Chairil Anwar untuk menunjuk jenis sastranya sementara untuk individu sajak Aku.

Ciri-Ciri Sajak


Adapun ciri-ciri sajak sebagai berikut:

  • Sajak memiliki bentuk tertentu, berurutan di dalam baris yang sejajar, memiliki pola (untuk puisi tradisional), ataupun memiliki bentuk bebas.
  • Ungkapan kata dan bahasa pada sajak dipengaruhi oleh unsur lagu, irama, dan keharmonisan bunyi.
  • Baris pada sajak disusun membentuk pola atau ikatan tertentu (puisi tradisional) dan tanpa pola ikatan tertentu.

Sifat-Sifat Sajak



Sajak sendiri memiliki beberapa sifat yang harus Anda ketahui diantaranya yaitu:
  • Sajak memiliki irama dalam kalimatnya atau terdapat kesesuaian antara isi dan tata bahasanya.
  • Setiap baris-baris akan membentuk bait.
  • Jumlah baris dapat berubah-ubah pada setiap baitnya.
  • Antara bunyi atau rima pada ujung-ujung baris memiliki keleluasaan atau tidak mengemukakan pertentangannya.
  • Terdapat kebebasan dalam pengucapan bunyi.

Bentuk-Bentuk Sajak



Istilah dalam puisi bisasa dikenal sebagai rangkap. Batas minimum dalam puisi yaitu satu. Biasanya dalam memperlihatkan sajak, dapat dilihat dengan mengetahui barisnya.

Hubungan antara baris dengan rangkap terbagi menjadi beberapa bagian.

Berikut beberapa bentuk sajak yang harus Anda ketahui diantaranya yaitu:
  • Monoton: Sajak yang memiliki satu baris dalam satu rangkap
  • Distikon: Memiliki dua baris dalam satu rangkap
  • Terzina: Memiliki tiga baris dalam satu rangkap
  • Quatrain: Memiliki empat baris dalam satu rangkap
  • Quint: Memiliki lima baris dalam satu rangkap
  • Sekstet: Memiliki enam baris dalam satu rangkap
  • Septam: Memiliki tujuh baris dalam satu rangkap
  • Oktaf: Memiliki delapan baris dalam satu rangkap
  • Soneta: Memiliki sembilan baris dalam satu rangkap.

Jenis-Jenis Sajak


Adapun jenis-jenis sajak terbagi menjadi terbagi 3 yaitu menurut posisinya, menurut kesesuaian suku kata, dan menurut kesesuaian bunyi akhir setiap kata.

A. Menurut Posisinya


1. Sajak awal


Apa itu sajak awal?

Sajak awal adalah persesuaian bunyi suku kata yang terletak di awal kata.

Contohnya:

Betapa berat beban derita ini
Menjalani hidup seorang diri
Kesana kemari sendiri
Tak ada sanak tak ada saudara

Keterangan:

Di baris pertama, kata betapa, berat dan beban memiliki persamaan bunyi di awal suku kata, yaitu sama-sama bersuara be. Sedangkan pada baris ketiga, kata kesana dan kemari mempunyai persamaan ke. Kemudian baris keempat mempunyai persamaan bunyi, yakni tak. Susunya seperti di atas disebut sajak awal.

2. Sajak akhir


Apa itu sajak akhir?

Sajak akhir adalah persesuaian bunyi suku kata yang berada di akhir kata.

Contohnya:

Kukirim doa
Untuk kusuma bangsa
Padamu putra-putri tercinta
Engkau berdaya upaya, berjuang
Menyelematkan para penumpang
Bergelut dengan badai dan bara
Sampai pada akhirnya
Nyawamu kau korbankan
Keluarga kau tinggalkan
Dengan penuh haru kuucapkan
Selamat jalan pahlawan
Semoga arwahmu
Diterima Tuhan

Keterangan:

Irama persajakan akhir pada puisi di atas mempunyai kesamaan bunyi. Kata doa, tercinta dan kata bangsa berakhiran bunyi sama. Begitu pula dengan kata berjuang dan penumpang.

B. Menurut Kesesuaian Suku Kata


1. Sajak Penuh atau Sajak Sempurna


Artinya yakni persamaan suku kata terakhir secara penuh.

Contoh:

Kalau tak ada uang di pinggang
Sahabat yang karib menjadi renggang
Bumi beprijak rasa terpanggang
Tangan tak dapat di bawah melenggang

Keterangan:

Dalam puisi di atas suku kata terakhir secara penuh berbunyi sama, yaitu gang.

2. Sajak Paruh atau Tidak Sempurna


Artinya yakni persamaan suku kata terakhir, tetapi tidak secara keseluruhan.

Contoh:

Ayam jago berkokok di atas pagar
Namanya si mulut besar
Kokoknya panjang nyaring sekali
Mengundang lawan untuk berkelahi
Bulunya lurik hitam dan putih
Berkilau ditimpa matahari

Keterangan:

Puisi di atas mempunyai irama persajakan suku kata akhir yang sama, tetapi kesamaannya tidak secara keseluruhan.

3. Sajak Aliterasi


Artinya yakni persamaan bunyi pada huruf konsonan pada setiap kata-kata dalam puisi. Kesamaan bunyi sajak ini tidak terletak pada bagian akhir atau depan baris puisi saja namun terletak pada keseluruhan kata per kata.

Contoh:

Mari kemari dara yang lara
Lupakan sakit yang menjangkit di masa pailit ini
Mari kemari dara yang lara
Sibakkan kabut pagi dengan belaianmu yang lembut

Keterangan:

Coba kalian amati puisi di atas persamaan bunyinya kata per kata. Pada baris pertama kesan yang muncul kalimat itu dikuasi oleh suku kata ri dan ra. Sedangkan pada baris kedua kalimatnya seperti dipenuhi oleh suku kata it. Begitu pula dengan baris ke empat yang banyak dikuasai oleh suku kata but. Seperti itulah dinamakan sajak aliterasi.

4. Sajak Asonansi


Artinya yakni persamaan bunyi pada huruf lokal pada setiap kata-kata dalam puisi. Kesamaan bunyi ini terletak pada bagian akhir atau depan baris puisi saja namun terletak pada keseluruhan kata demi kata. Sajak ini merupakan kebalikan dari sajak aliterasi. Dalam sajak aliterasi yang sama adalah bunyi huruf konsonan, sedangkan sajak asonansi yang sama adalah bunyi huruf vokalnya.

Contoh:

Cinta katanya indah
Seperti melati yang baunya wangi
Semerbak kemana-mana
Menaburkan wangi di sepanjang hari

Keterangan:

Baris-baris puisi di atas terkesan dipenuhi oleh huruf vokal. Pada baris pertama berbunyi huruf a yang sangat menonjol. Pada baris berikutnya bunyi huruf yang menontol adalah i. Adapun pada baris ketiga bunyi huruf a yang paling kelihatan. Sedangkan pada baris terakhir bunyi huruf i yang paling kelihatan.

5. Sajak Rangkai


Artinya yakni persamaan bunyi huruf vokal pada beberapa suku kata.

Contoh:

Dalam kesabaran membutuhkan kesadaran
Dalam kekayaan akan tumbuh kejayaan

Keterangan:

Pada baris pertama kata "kesadaran" bunyi huruf vokalnya mempunyai kesamaan dengan "kesabaran". Begitu juga dengan kata "kekayaan" mempunyai kesamaan dengan "kejayaan".

6. Sajak Rangka


Artinya yakni persamaan bunyi pada huruf konsonan pada beberapa suku kata dalam puisi.

Contoh:

Di simpang jalan samping danau
Seorang renta pontang panting
Sambil membawa sampul dia masih tersenyum simpul
Membangun hidupnya yang sudah porak poranda

Keterangan:

Dalam puisi di atas ada kata-kata yang bunyinya sama, yaitu kata "simpang" dajn "samping", kata "sampul" dengan "simpul", dan kata "porak" dengan "poranda". Semua kata-kata tersebut semua sebenarnya berbeda, tetapi terkesan sama karena bunyi huruf konsonannya sama.

Baca juga: Materi Bindo Syair

C. Menurut Kesesuaian Bunyi Akhir Setiap Kata


1. Sajak Rata atau Sajak Sama


Artinya yakni kesesuaian bunyi akhir yang mempunyai rumus a-a-a-a

Contoh:

Di malam yang hening dan sepi (a)
Aku terbangun seorang diri (a)
Kuambil air wudhu untuk bersuci (a)
Aku ingn menghadap sang Ilahi (a)

Keterangan:

Bila dilihat puisi di atas mempunyai irama yang sama, yaitu semua berakhiran bunyi i.

2. Sajak Silang atau Sajak Sengkelang


Artinya yakni kesesuaian bunyi akhir yang mempunyai rumus a-b-a-b

Contoh:

Ia yang kini telah datang (a)
Mendekat padamu ananda (b)
Sambutlah dengna riang (a)
Masa muda masa berguna (b)
Ia yang kini telah datang (a)
Mendekat membawa harapan (b)
Isilah dengan semangat juang (a)
Menuntut ilmu, mempertebal iman (b)

Keterangan:

Bila diamati baik-baik puisi di atas mempunyai kesamaan sajak akhir secara bersilang. Irama saja pada baris pertama sama dengan baris ketiga, sementara baris kedua sama dengan baris keempat.

3. Sajak Kembar atau Sajak Pasangan


Artinya kesesuaian bunyi akhir yang mempunyai rumus a-a-b-b

Contoh

Senja hari di desaku
Langit merah bercampur kelabu
Angin bertiup dengan lirih
Menambah hati semakin pedih

Keterangan:

Puisi di atas mempunyai kesamaan bunyi akhir, yaitu baris pertama sajak akhirnya sama dengan baris kedua, sedangkan baris ketiga sama dengna baris keempat.

4. Sajak Pelut atau Sajak Paut


Artinya kesesuian bunyi akhir yang mempunyai rumus a-b-b-a

Contoh:

Perasaan siapa takkan nyala
Melihat anak berlagu dendang
Seorang sahaja di tengah padang
Tiada berbaju buka kepala

Beginilah nasib seorang anak gembala
Beteduh dibawah kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah di senja kala

Keterangan:

Model kesamaan bunyi puisi di atas a-b-b-a, yaitu baris pertama bunyinya sama dengan baris keempat sedangkan baris kedua sama dengan baris ketiga.

5. Sajak Patah atau Sajak Putus


Artinya kesesuian bunyi akhir yang mempunyai rumus a-a-a-b atau a-b-b-b

Contoh 1:

Betapa bahagianya hati
Setelah lama menanti
Kini kakakku telah kembali
Pulanglah pembawa bahagia

Contoh 2:

Pagi ini tampak indah sekali
Seperti biasa kukan berangkat sekolah
Mencari ilmu tuk bekal di hari tua
Supaya kelak tak menyesal adanya

6. Sajak Merdeka atau Sajak Bebas


Artinya sajak yang tidak memilki rumus sebagaimana di atas. Puisi yang menggunakan sajak ini biasanya tidak begitu memperhatikan irama persajakan akhir. Dan puisi yang seperti ini seringkali kita temui dalam puisi baru.

Contoh:

Sahabat apakah kau tak pernah lelah
Seharian berdiri di jalan-jalan
Dalam hujan debu
Dan asap kendaraan?

Keterangan:

Jika dilihat, puisi di atas mempunyai kesamaan dan kesesuian irama sajak, baik di awal maupun di akhir. Namun bukan berarti puisi diatas tidak enak didengar. Walaupun tidak persajakan, namun puisi itu tetap indah sebab gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mempunyai nilai keindahan dan mempunyai kesan yang mendalam.

Contoh Sajak


Berikut ini kami akan membagikan juga contoh-contoh sajak.

Simaklah contoh sajak berjudul "Sajak Sikat Gigi" karya Yudhistira ANM Massardi berikut ini

Sajak Sikat Gigi


Seseorang lupa menggosok giginya
sebelum tidur
Di dalam tidur ia bermimpi
Ada sikat gigi menggosok-gosok
mulutnya supaya
Terbuka

Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak
bisa kembali

Dan ia berpendapat bahwa, kejadian itu
terlalu
berlebih-lebihan

Sajak di atas memakai bentuk puisi, tetapi penuturan dan kalimatnya dibuat dengan gaya prosa. Sajak ini memakai bentuk cerita dan penuturan, mirip dengan prosa.

Pengembara Rimba Laut


Biar kulukis setiap rarhim buih laut
Toreh tubuhmu
Lahirkan daun dan bunga karang
Dari kepucatan warna waktumu

Dengan taksu, awan mewarnai laut
Pasir menyentuh ujung lidah buih
Lari dari lingkaran tangan matahari
Lekatkan warna malam pada persekutuan manusia

Pengembara rimba laut sejati
Labuhkan sampanmu
Sihir tubuhku dengan ketuaan warna lautmu

Warna itu
Kaugenggam pada kepekatan pengembaraanmu

Laut melahirkan garam
Tubuhmu beku
Orang-orang menyiapkan ladang kuburmu

Wajah manusia hilang dalam pengembaraan
Kau tetap mendayung sampanmu
Memanah angin, meludahi petir
Membanting hujan

Kaupetik bunga beraroma kematian
Dari pengembaraan panjang di rimba laut

Benihnya menetes pada ladang manusiaku
Membakar wajah-wajah langit
Memecah bentuk manusiaku

Giring, giringlah sampanmu, pengembara rimba laut sejati
Bungamu membunuh bumi, tanah, dan matahari

1990

Pulang ke Rahim Bumi


aku tak mau tubuhku disentuh tanah yang lain
kecuali warna tanahmu

matahari tak mampu merobek keputusan
yang semakin menetes membasuh jiwa
coba mengajakku pulang

dari mana harus mulai bicara
melalui daun-daun
atau menunggu matahari jatuh
memberi warna pada rumput

biar tubuh terbakar
aku tak mau menyentuhmu
tidak juga mengenalmu

aku tahu kau selalu ada
melukis wajahku
mengajari menyulam waktu
untuk paham arti perjalanan menjadi manusia

aku ingin rasaku mati
setiap menyentuh jengkal tanahmu

1990

Memintal Awan


sayap yang tumbuh pada tubuhku
kaurenggut
aku melepasnya satu-satu
kauwarnai setiap perjalananku
dengan bayang-bayang
yang tak kupahami
di mana para dewa menyembunyikan
senjata dan wangi bunga
kau lahir dari dunia asing
dewa-dewa yang kusembah
tidak mengenalmu
percintaan apa yang dikeratkan
pada urat tangan
terbuang dari bumiku
tanpa kausadari kunikmati setiap ombak
yang kauhamburkan di tubuhku
kita mulai pandai memintal awan
melilitkannya pada percintaan asing ini
menitiskan tanah dan ladang penuh semak


Demikianlah artikel kali ini tentang pengertian sajak, sejarah, ciri-ciri, bentuk-bentuk, sifat-sifat, jenis-jenis sajak dan contohnya. Semoga bermanfaat bagi Anda. Sekian dan terima kasih.

0 comments